Raskin yang dikuluhkan warga
Depok Pajajaran News
Puluhan rumah tangga sasaran
(RTS) di Kota Depok keluhkan buruknya jatah beras miskin (raskin) untuk bulan
Maret 2012. Sebab, kondisinya berwarna kuning,
terlihat lebih kotor, dan berdebu. Jika dibandingdingkan raskin pada
bulan-bulan sebelumnya, raskin kali ini lebih jelek secara kualitas. “Usai
melakukan pendistribusian takaran literan raskin, tangan kami selalu kotor dan
gatal-gatal karena kualitas beras raskin sangat jelek,” kata petugas pengelola
raskin Kelurahan Kukusan, Hendra, kepada wartawan Minggu (15/4/2012).
Hendra mengaku, permintaan raskin
menurun karena sejumlah masyarakat enggan membeli beras tersebut karena takut
keracunan atau terkena penyakit. Biasanya, tambah dia, saat raskin tiba di Kelurahan Kukusan, langsung diserbu warga,
namun saat ini masih menumpuk di gudang penyimpanan raskin. “Stok beras raskin kami lihat masih menumpuk,
karena warga tidak ada mau yang mau membeli karena kualitasnya jelek,”
kilahnya.
Pernyataan Hendra diamini oleh
koordinator raskin kelurahan setempat Yessy,
membenarkan bahwa kualitas raskin untuk bulan Maret 2012 jelek. “Saat kami lihat kualitas raskin ternyata
benar, kualitasnya sangat jelek warnanya kusam dan penuh debu.
Banyak masyarakat penerima raskin
mengeluhkan masalah tersebut, dan banyak yang menolak dan tidak mau membeli
raskin. Dengan kualitas raskin yang jelek, masyarakat tidak mau menebus raskin
dengan Rp1600/kg. Akibatnya stok raskin masih menumpuk di gudang kantor
kelurahan tersebut,” ujar Yessy.
Ditempat yang sama Minah, seorang
warga RW04, mengaku tetap menerima raskin yang dalam kualitas jelek, lantaran
dia tidak bisa membeli beras biasa yang harganya sekitar Rp7000/ liter. “Ah biarin beras jelek, terpaksa beli deh,
nggak punya duit lagi buat beli beras di pasar,” kilahnya.
Begitupun Sujono, warga
RT.24/RW.05, Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere, mengatakan, sejak kemasan
raskin diubah dari karung ukuran kecil menjadi karung ukuran besar pada Agustus
2011 silam, baru kali ini kualitas Raskin tidak sesuai harapan alias buruk.
Selain berwarna kuning, kondisi beras juga banyak yang hancur menjadi debu.
“Dulu waktu masih pakai karung kecil memang kualitas raskin sering dikeluhkan
warga karena bau, kuning dan hancur. Tapi, setelah kemasannya diganti menjadi
karung besar kualitasnya membaik. Namun sayang pada jatah bulan ini raskin
kembali jelek,” ujarnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar