Suasana tiada hari tanpa kemacetan di Jakarta (Ist)
Depok Pajajaran News
Kendati DKI Jakarta adalah ibu kota
negara, sekaligus kota paling maju di Indonesia, bukan berarti warga mengetahui
apa yang diketahui tentang sumber daya pemerintahannya, kebutuhan masyarakat
jangka panjang, dan apa yang seharusnya dikerjakan pemerintahannya. “Beberapa
fakta tentang pengetahuan dan kesadaran warga Jakarta terekam survei CIRUS
Surveyor Group dari medio 13 hingga 20 April 2012. Mungkin penting disodorkan
kepada enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur,” kata Direktur
Eksekutif CIRUS, Andrinof Chaniago, kepada wartawan Rabu (2/5/2012) .
Untuk mengetahui hal tersebut, Andrinof
menuturkan, pihaknya melakukan survei dengan responden warga Jakarta berumur
minimal 17 tahun atau sudah menikah. Seluruh responden tinggal di wilayah
berciri perkotaan. Proporsi responden laki-laki dan perempaun 50 persen: 50
persen. “Jumlah responden sebanyak 800 orang, tersebar secara proporsional pada
80 kelurahan terpilih di Jakarta. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap
muka,” tuturnya.
Andrinof menambahkan, dari beberapa
pertanyaan yang diajukan, terungkap kalau warga Jakarta kecewa dengan tidak
berhasilnya pemerintah DKI Jakarta mengatasi kemacetan. Dia mencontohkan,
masalah pembangunan prioritas yang diingikan warga Jakarta adalah transportasi
dan perbaikan jalan. Program pembangunan paling mengecewakan, mengatasi
kemacetan. Pelayanan yang perlu diutamakan perbaikannya, mengatasi kemacetan.
“Jadi jika ingin terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta harus
memiliki kemampuan mengatasi kemacetan di Jakarta,” ujarnya.
Andrinof mengingatkan, yang lebih
mengecewakan hampir seluruh masyarakat tidak mengetahui besaran Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta yang mencapai Rp.36
triliun. Hal tersebut terbukti kala tim mengajukan pertanyaan pengetahuan
mengenai besaran APBD. Sebanyak 86,5 persen tidak mengetahi secara pasti.
Sedangkan yang menjawab 8,5 persen sudah mendekati benar yakni Rp.30 triliun.
“Padahal pengetahuan ini sangat penting agar masyarakat dapat mengetahui sumber
kebocoran yang selama ini terjadi,” imbuhnya.
Selain itu, keberhasilan kebijakan
memajukan jam masuk sekolah yang diterapkan pemerintah dinilai kurang berhasil.
Tingkat kepercayaan mengenai pembangunan jalan tol dalam kota untuk mengurangi
kemacetan juga tidak berhasil. “Intinya masyarakat menilai pemerintah DKI
Jakarta sekarang harus banyak melakukan pembenahan. Begitu pun gubernur dan
wakil gubernur yang terpilih dalam pilkada mendatang,” ungkap Andrinof.
Sementara Hamdi Muluk selaku Pakar
Sikologi Politik mengungkapkan, hasil survei ini menunjukan bahwa banyak
masyarakat tidak mengetahui APBD milik Provinsi DKI Jakarta. Sehingga kerap
dibodohi pemerintahnya dengan alasan tidak terdapat dana. “Padahal, kita tahun
anggaran Rp36 triliun tidak sedikit,” ungkapnya.
Hamdi menegaskan, masyarakat Jakarta
saat ini hidup dalam paradog. Sudah saatnya mayarakat Jakarta memiliki
paradigma baru yang berpihak pada publik. “Bukan cukong-cukong yang lebih mementingkan
ruang privat,” tandasnya.(Faldi/Zuli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar