Pancasila sebagai idelogi bangsa Indonesia
Depok Pajajaran News
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PC NU) Depok KH Burhanuddin Marzuki
merasa prihatin dengan memudarnya nilai-nilai Pancasila di era
reformasi. Padahal serangan ideologi dari luar Indonesia merusak tatanan yang
sudah ada.
"Kita merasa prihatin
dengan generasi muda saat ini. Mereka sudah tidak memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Padahal, keutuhan dari NKRI ini juga terdapat pada
Pancasila," katanya, Minggu (3/6/2012).
Burhan menuturkan, alasan kenapa
Pancasila harus kembali masuk ke dalam kurikulum. Pertama, karena setelah
reformasi banyak ideologi yang menyerang dan mengancam keutuhan NKRI.
“Sekarang
ini, kita meminta agar dalam pendidikan dikaji ulang dan dimasukkan kembali
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Cuma, mengenai muatan dan materi
bisa disesuaikan setelah adanya ketetapan dari pemerintah. Apalagi, ini kan
momennya peringatan hari Pancasila.
Kedua, kata Burhan, nilai yang
terkandung dalam Pancasila dapat menjadi filter generasi muda untuk
mempertahankan NKRI. Tidak mudah tergoda idiologi lain. Ketiga, ungkap dia, bangsa Indonesia
mayoritas berpenduduk beragama Islam. Menurutnya, dalam sila Pancasila dan
kandungannya merupakan bagian dari ajaran Islam. "Pancasila itu bagian
dari ajaran Islam. Kita tetap harga mati sebagai ideologi negara. Sudah saatnya
kita kembali ke nilai-nilai Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari," tuturnya.
Burhan menyayangkan, selama ini
pemberian materi Pancasila di sekolah hanya dua jam dalam seminggu. Terlebih
lagi, terdapat pembatasan pendidikan bermuatan Pancasila yaitu: dari siswa
kelas IV SD sampai kelas XII.
Menurutnya, waktu dan metode penyampaiannya perlu di tambah. "Kembalikan
Pancasila ke sekolah-sekolah," kilahnya.
Sebelumnya, Ketua Harian Pusat
Studi Pancasila Universitas Pancasila (UP), Yudi Latif mengungkapkan, usaha
memulihkan krisis nasional memerlukan usaha menghadirkan kepemimpinan nasional
yang berkarakter Pancasila. Bahwa segala sikap, prilaku, dan pilihan-pilihan
kebijakan para pemimpin dan penyelenggara negara harus senantiasa mencerminkan
Pancasila dalam keadaan bergerak. Pemimpin yang dimaksud bukan hanya presiden
sebagai kepala negara, melainkan seluruh lembaga.
"Lembaga Studi Pancasila
UP merasa terpanggil untuk mengambil bagian dalam wacana publik mengenai
masalah penting ini. Kita bersepakat untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila
ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris
Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Depok Ahmad Erwin,
menilai sudah saatnya generasi muda kembali pada nilai-nilai Pancasila. Tidak
sedikit generasi muda saat ini yang terkontaminasi dengan ideologi lain.
"Banyak juga anak muda yang masuk dalam gerakan-gerakan radikal. Bahkan,
justru mereka ini turut mengancam ketahanan RI. Coba saja lihat, para pengebom
bunuh diri yang kebanyakan juga masih anak muda. Belum lagi lainnya,"
ujarnya.
Erwin menegaskan, eengenai
Pancasila dalam kurikulum pendidikan perlu dikaji ulang. Sebab saat ini banyak
metode pembelajaran dan kurikulum lebih baik. Hanya saja, dirinya mengharapkan
agar materi dan nilai-nilai dalam Pancasila bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
"Kalau nilai-nilai Pancasila ini bisa diterapkan dengan baik
makan akan memberi dampak baik pula. Tidak menutup kemungkinan, tawuran antar
pelajar di Depok tidak akan terjadi," tandasnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar