Depok Pajajaran News
Salah satu pedagang tahu tempe di Pasar Dewi
Sartika, Aminah mengungkapkan, setelah tiga hari mogok berproduksi, akhirnya
pengusaha dan penjual tahu tempe di Kota Depok memutuskan kembali berjualan.
Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Para pedagang tahu tempe masih
tidak berjualan hari ini. Namun, ia memastikan besok para pedagang akan kembali
berjualan normal. "Hari ini terakhir kami mogok, besok sudah mulai jualan
lagi kok," katanya kepada wartawan, Jumat (27/7/2012) di lokasi.
Hal tersebut dibenarkan Adrianto,
selaku produsen tahu di Kampung Poncol, Pancoran Mas, Depok. Bahwa para
produsen sudah mulai kembali berproduksi hari ini untuk dijual kepada konsumen
besok. Meski mogok tetap tak ada perubahan pada harga kedelai. Harga kedelai
kualitas sedang yang biasa ia pakai untuk memproduksi tahu masih di kisaran Rp
8.200 per kilogram.
"Kalau sekarang belum ada perubahan
setelah mogok, harga kedelai masih tinggi yaitu Rp 8.200 per kilogram, itu
sedang kualitasnya. Yang kualitas bagus itu sudah Rp 9 ribu lebih," ungkapnya.
Dia menambahkan para produsen dan
pengrajin tahu tempe masih akan melihat situasi perkembangan harga kedelai. Ia
pun tak bisa memastikan akan mogok jualan kembali atau tidak, tergantung dengan
harga kacang kedelai. "Kami berharap harga kedelai turun biar kami jualnya
enak. Kerena duanya menjerit baik pedagang maupun konsumen," ucap Andrianto.
Sebaiknya ibu-ibu tidak kaget, uajr
Andrianto, jika kenaikan terjadi pada harga tahu coklat dan tahu putih potong
di tingkat produsen. Dari harga Rp 2500 per 10 potong, besok harganya naik
menjadi Rp 3 ribu per 10 potong. Sementara untuk harga tahu China sudah naik
sebelum mogok yakni dari Rp2 ribu menjadi Rp 3 ribu per potong di tingkat
pedagang sayur keliling.
"Kami naikkan Rp 50 per potong, jadi Rp
300, dari Rp 250. Kalau saat ini bisa kekejar untuk untung, tapi kalau harga
kacang kedelai naik lagi enggak jamin juga, tergantung naiknya harga kacang
sampai berapa. Kemarin kan harganya naik bertahap terus – terusan sampai Rp 8
ribu per kilogram makanya kita mogok," uajr Andrianto.
Andrianto mengakui, bahwa mengurangi
produksi dari empat kuintal kacang kedelai menjadi 3,5 kuintal untuk produksi
pertama. Hal itu untuk mencegah keluhan konsumen soal kenaikan harga yang dapat
mengakibatkan barang dagangannya tak laku.
"Kita jualnya juga bingung, produksi
berkurang dari 4 kuintal jadi 3,5 kuintal. Pasti pembeli berkurang. Pendapatan
berkurang, tapi kalau tahu tidak kami tipisin atau diperkecil, sama saja
ukurannya," kilahnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar