Jumat, 10 Agustus 2012

Ketua DPC Partai Gerinda Kota Depok : Ulama Harus Profesional Pahami Momentum Pilgub


                                       Ketua DPC Partai Gerindra Kota Depok

Depok Pajajaran News

Ceramah yang disampaikan Rhoma Irama sudah terbukti menyerang pribadi calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung Gerindara dan PDI Perjuangan yakni Joko Widodo-Basuki (Ahok). Dan itu sudah masuk ke dalam pelanggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada).

"Kreteria pemimpin berdasarkan ajaran Islam yang disampaikan Rhoma Irama sudah benar. Namun, menjadi tidak benar ketika kreteria tersebut digunakan untuk menyerang pribadi kandidat lain," tegas Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Depok, Pradi Supriatna, kepada wartawan Rabu (9/8/2012) di kantornya.

Menurut Pradi, bila Rhoma Irama menempatkan dirinya sebagai ulama, harusnya peristiwa ini tidak perlu terjadi. Apalagi, kata dia, sampai membawa isu suku, ras, dan agama (SARA).

"Ulama yang profesional dan ulama yang cerdas sangat mengetahui serta memahami momentum yang tengah terjadi di masyarakat. Sekarang ini momentumnya Pilgub. Jangan coba-coba membawa agama pada ranah politik," tuturnya.

Pradi mengungkapkan, dalam berceramah atau berdakwah seorang ulama tidak perlu menyerang etnis dan keyakinan. Ia mengingatkan, negara ini memiliki aturan hukum dan berlandaskan Pancasila. Rhoma Irama seharusnya mengetahui semua itu. Belajar dari kasus Rhoma Irama, sebaiknya ulama menyampaikan kreteria figur pemimpin di masa depan.

" Kalau pun ingin menyampaikan masalah ini, tidak perlu menyebut nama," ungkapnya.

Dia menambahkan, kasus Rhoma juga dapat dikatakan sebagai tindakan yang mengingkari ke-Bhineka Tunggal Ika-an Indonesia.

"Saya jadi bertanya-tanya soal ke-Bhineka Tunggal Ika-an Rhoma. Sementara, lewat lagunya, Rhoma dulu kerap melontarkan pesan moral tentang pluralisme Indonesia," ucap Pradi.

Pradi menegaskan, pasti semua masih ingat, pada era 1970-an, Rhoma Irama pernah mempopulerkan lagu bertajuk "35 Juta". Inilah lagu yang berkisah tentang potret Indonesia sebagai negeri yang terdiri dari banyak suku bangsa.

"Janganlah saling menghina, satu suku bangsa dengan lainnya. Karena kita satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Kenyataanya sungguh menyakitkan," tandasnya.(Faldi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar