Ketua DPC Partai Gerindra Kota Depok
Depok Pajajaran News
Ceramah yang disampaikan Rhoma Irama sudah terbukti
menyerang pribadi calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung
Gerindara dan PDI Perjuangan yakni Joko Widodo-Basuki (Ahok). Dan itu sudah
masuk ke dalam pelanggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada).
"Kreteria pemimpin berdasarkan ajaran Islam yang
disampaikan Rhoma Irama sudah benar. Namun, menjadi tidak benar ketika kreteria
tersebut digunakan untuk menyerang pribadi kandidat lain," tegas Ketua
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Depok, Pradi Supriatna, kepada
wartawan Rabu (9/8/2012) di kantornya.
Menurut Pradi, bila Rhoma Irama menempatkan dirinya sebagai
ulama, harusnya peristiwa ini tidak perlu terjadi. Apalagi, kata dia, sampai
membawa isu suku, ras, dan agama (SARA).
"Ulama yang profesional dan ulama yang cerdas sangat
mengetahui serta memahami momentum yang tengah terjadi di masyarakat. Sekarang
ini momentumnya Pilgub. Jangan coba-coba membawa agama pada ranah
politik," tuturnya.
Pradi mengungkapkan, dalam berceramah atau berdakwah seorang
ulama tidak perlu menyerang etnis dan keyakinan. Ia mengingatkan, negara ini
memiliki aturan hukum dan berlandaskan Pancasila. Rhoma Irama seharusnya
mengetahui semua itu. Belajar dari kasus Rhoma Irama, sebaiknya ulama menyampaikan
kreteria figur pemimpin di masa depan.
" Kalau pun ingin menyampaikan masalah ini, tidak perlu
menyebut nama," ungkapnya.
Dia menambahkan, kasus Rhoma juga dapat dikatakan sebagai
tindakan yang mengingkari ke-Bhineka Tunggal Ika-an Indonesia.
"Saya jadi bertanya-tanya soal ke-Bhineka Tunggal
Ika-an Rhoma. Sementara, lewat lagunya, Rhoma dulu kerap melontarkan pesan
moral tentang pluralisme Indonesia," ucap Pradi.
Pradi menegaskan, pasti semua masih ingat, pada era 1970-an,
Rhoma Irama pernah mempopulerkan lagu bertajuk "35 Juta". Inilah lagu
yang berkisah tentang potret Indonesia sebagai negeri yang terdiri dari banyak
suku bangsa.
"Janganlah saling menghina, satu suku bangsa dengan
lainnya. Karena kita satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Kenyataanya sungguh
menyakitkan," tandasnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar