Jakarta,PN- Tiga bulan lagi perhelatan akbar Pilgub akan digelar di Jakarta. Sejumlah bakal cagub dan cawagub berasal dari luar DKI akan menjaring suara terbanyak dalam pilkada DKI. Hal ini menunjukkan Jakarta pun menjadi tempat mengadu ‘nasib politik’.“Dalam konteks pencalonan ini, ada hal yang menarik. Di Jakarta pernah ada istilah bahwa Jakarta itu tempat mengadu nasib, dan ternyata dalam kultur politik pun ada. Ada yang tidak terlalu mengenal Jakarta lalu mengadu nasib,” ujar sejarawan JJ Rizal Ketika sudah bicara adu nasib, maka kemudian para calon pun adu untung. Namun Rizal mewanti-wanti warga Jakarta tidak apriori terhadap para bakal calon yang muncul dari luar Jakarta. Sebab dalam sejarah pemimpin Jakarta, ada orang-orang yang memang bukan dari Jakarta asli.
“Jadi harus dilihat juga bagaimana orang itu menghadapkan diri pada masalah Jakarta. Sebab Jakarta itu punya akumulasi persoalan yang kompleks. Karakter ini tentu berbeda dengan daerah lainnya,” sambung Rizal.
Ketika sudah berhadapan dengan masalah pelik seperti banjir, macet atau layanan transportasi yang kurang memadai, optimisme masyarakat menurun. Bagi masyarakat seolah siapa pun gubernurnya tidak membawa banyak perubahan.
“Maka itu, warga Jakarta membutuhkan sosok yang bisa membangun optimisme publik. Bukan sekadar janji, tapi harus bukti,” tutur Rizal.Dia mengingatkan Jakarta sudah menjadi kota
kosmopolitan dan bandar yang merupakan pertemuan berbagai etnis. Karena itu dalam pilkada pun jangan pernah terjebak pada perkara etnis.
“Menurut beberapa penelitian, orang Betawi setempat partisipasi di tingkat nasional dan lokal masih kecil. Tapi mereka punya mimpi historis jadi tuan rumah sehingga ada yang mendengungkan sentimen primordial dalam pilkada. Ini selalu digunakan dalam peristiwa politik,” papar Rizal.
Seperti diketahui, kandidat yang bertarung di pilkada DKI Jakarta terdiri dari dua orang gubernur (Fauzi Bowo dan Alex Noerdin), seorang wali kota (Jokowi), seorang eks bupati (Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok), seorang mantan ketua MPR (Hidayat Nurwahid), dua akademisi dan pakar ekonomi pembangunan (Faisal Basri dan Didik J Rachbini), tiga purnawirawan TNI (Nono Sampono, Nachrowi Ramli, dan Hendarji Supandji), dan seorang budayawan (Biem Benyamin).
Pemungutan suara pilkada DKI akan digelar 11 Juli 2012 mendatang. Jika terjadi dua putaran, putaran kedua akan digelar Agustus. (vit/rmd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar