“Jadi harus dilihat juga bagaimana orang itu menghadapkan diri pada masalah Jakarta. Sebab Jakarta itu punya akumulasi persoalan yang kompleks. Karakter ini tentu berbeda dengan daerah lainnya,” sambung Rizal.
Ketika sudah berhadapan dengan masalah pelik seperti banjir, macet atau layanan transportasi yang kurang memadai, optimisme masyarakat menurun. Bagi masyarakat seolah siapa pun gubernurnya tidak membawa banyak perubahan.
“Maka itu, warga Jakarta membutuhkan sosok yang bisa membangun optimisme publik. Bukan sekadar janji, tapi harus bukti,” tutur Rizal.Dia mengingatkan Jakarta sudah menjadi kota
kosmopolitan dan bandar yang merupakan pertemuan berbagai etnis. Karena itu dalam pilkada pun jangan pernah terjebak pada perkara etnis.
“Menurut beberapa penelitian, orang Betawi setempat partisipasi di tingkat nasional dan lokal masih kecil. Tapi mereka punya mimpi historis jadi tuan rumah sehingga ada yang mendengungkan sentimen primordial dalam pilkada. Ini selalu digunakan dalam peristiwa politik,” papar Rizal.
Seperti diketahui, kandidat yang bertarung di pilkada DKI Jakarta terdiri dari dua orang gubernur (Fauzi Bowo dan Alex Noerdin), seorang wali kota (Jokowi), seorang eks bupati (Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok), seorang mantan ketua MPR (Hidayat Nurwahid), dua akademisi dan pakar ekonomi pembangunan (Faisal Basri dan Didik J Rachbini), tiga purnawirawan TNI (Nono Sampono, Nachrowi Ramli, dan Hendarji Supandji), dan seorang budayawan (Biem Benyamin).
Pemungutan suara pilkada DKI akan digelar 11 Juli 2012 mendatang. Jika terjadi dua putaran, putaran kedua akan digelar Agustus. (vit/rmd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar