Cagub DKI Joko Widodo (ist)
Depok Pajajaran News
Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko
Widodo (Jokowi), menceritakan keberhasilannya ketika menata Kota Solo. Dari
mulai menata system pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sampai dengan membahas
pembatasan mall dan minimarket di Surakarta. “Dengan memberikan pembatasan izin
maka memberikan kesempatan pedang kecil untuk maju. Makanya saya lebih senang
mendirikan pasar untuk PKL,” katanya ketika memberikan kuliah umum di Kampus
Universitas Indonesia (UI) Senin (2/4/2012).
Menurut Jokowi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari sektor perhotelan hanya Rp10,2 miliar, terminal 2,6 miliar,
parkir Rp1,2 miliar, sedangkan dari sektor pedagang mencapai 19,2 miliar. “Saya
merasa aneh kalau ada teman-teman yang senang memberikan izin pendirian mall,
hypermart, dan minimarket. Padahal, mereka hanya mendapat keuntungan di awal
saja, saat pengusaha mengurus IMB. Selebihnya kosong.
Setiap tahun ada 15 mall yang
minta diberikan izin, delapan hypermart, dan 140 minimarket. Namun, ia hanya
memberikan izin pendirian pada satu mall, satu hypermart, dan lima minimarket.
“Izin tersebut diberikan sebagai syarat
bahwa di wilayahnya tidak anti libralisme. Namun, itu semua sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Tidak mentang-mentang,” tuturnya.
Kader Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan itu memaparkan, selama dirinya dipercaya menjadi wali kota, sudah
puluhan pasar terbangun. Pasar, kata
dia, merupakan showroom bagi petani, nelayan, dan peternak. “Mereka dapat
memasarkan seluruh hasil yang mereka raih dengan maksimal. Untuk menata
kesemrautan mall di Jakarta, kuncinya hanya satu. Yakni mematuhi Rancangan Tata
Ruang Wilayah (RT/RW). Pembangunan tidak
boleh menyimpang dari RT/RW. “Kalau tidak boleh ya tidak boleh, jangan sampai
karena uang peraturan bisa berubah,” papar Jokowi.
Jokowi mengingatkan, dalam
menegakan perda RT/RW jangan sampai swasta mengatur pemerintah. Justru
pemerintah harus dapat mengatur swasta. “Apa yang sudah ditetapkan jangan
diubah hanya gara-gara uang atau amplop. Banyak hal dalam memimpin rakyat mudah
dicapai jika ada niat dan kesungguhan dalam membangun system. “Tempat pelayanan
KTP saat ini sudah maju, bisa jadi dalam waktu sehari, dulu jauh berbeda, saat
saya kecil kursi di ruang tunggunya, dulu waktu kecil ya itu – itu juga,
awalnya bikin KTP harus tunggu 2-3 minggu tergantung amplopnya. Saya kumpulkan
camat dan lurah, saya kasih tahu ini sistemnya, ada tiga lurah yang bilang tak
bisa, tapi saya tegaskan ini sistemnya, mau dibangun tapi aparatnya susah ikuti,
akhirnya terbukti dengan kesungguhan bisa kita wujudkan,” imbuhnya.
Jokowi juga mengaku sulit saat
mempimpin kota Solo di tahun pertama dan kedua. Dalam tahap- tahap awal, pasti
banyak warga yang masih berunjuk rasa. “Jadi
walikota pasti didemo, kekeliruaannya ternyata pada saat demo pintu gerbang
pasti ditutup satpol dan polisi, kalau terjadi benturan itu yang diharapkan,
masuk koran, dan difoto, akhirnya saya rutin menggelar rembug kota, seluruhnya
dikumpulkan, pada tahun pertama, isinya marah-marah semua, tahun kedua pertama
didemo, tahun ketiga mulai ada ide dan gagasan,” kilahnya.
Jokowi menegaskan, sudah
seharusnya pemimpin mampu menyerap aspirasi rakyatnya. “Banyak pemimpin sudah
merasa pintar sendiri, ini yang harus dibenahi, pemimpin harus berikan dorongan
dan motivasi, saya harus menguasai medannya dulu baru berikan policy,”
tandasnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar