Pengamat Politik UI Andrinof Chaniago (Ist)
Depok Pajajaran News
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) tidak perlu ragu memutuskan keberadaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
dalam koalisi. Pasalnya, masyarakat tidak akan melihat keputusan ketua koalisi
sebagai penzoliman terhadap PKS. Itu artinya, PKS tidak dapat menjadikan
peristiwa dikeluarkannya partai tertsebut dari koalisi sebagai modal mendulang
suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang. “Yang memiliki jasa menolak
rencana kenaikan BBM bukan PKS, tapi PDIP. Menjadikan masalah ini sebagai modal
untuk 2014, saya rasa tidak terlalu kuat, kata Pengamat Politik Universitas
Indonesia (UI) Andrinof Chaniago, kepada wartawan Senin (9/4/2012).
Namun, kata Andrinof, apa yang
dilakukan petinggi PKS dalam menghadapi tuntutan dikeluarkanya partai itu dari
koalis sudah benar. Kebanyakan dari mereka lebih berlaku pasif. PKS, kata dia,
juga tidak perlu mengambil inisiatif menyatakan diri keluar dari koalisi. “PKS
sangat memahami gaya berpolitik presiden, sehingga mereka tidak risau dengan
apa yang telah mereka mainkan,” ujarnya.
Dia menambahkan, Presiden SBY
tidak ingin mengambil sikap politik yang melukai pihak lain, termasuk PKS. Dia
ingin politik dijalankan secara santun. “Dalam mengambil kebijakan, presiden
melihat banyak faktor, terutama dukungan dari semua elemen bangsa. Sehingga apa
yang dia putuskan menjadi keputusan bersama, bukan putusan orang per orang,”
kata Andrinof.
Andrinof menuturkan, bila berkaca
pada etika politik maka apa yang sudah dilakukan para petinggi PKS sudah
melanggar etika koalisi. Namun, kata dia, perlu diingat bahwa PKS tidak masuk
dalam pengertian koalisi. Partai tersebut masuk koalisi setelah calonnya kalah.
“Mereka itu koalisi halte, berkoalisi setelah calonnya kalah. Mereka juga
awalnya tidak menginginkan keberadaan incumbent,” ujarnya.
Walau kemudian, kata dia, PKS
mendapatkan jatah meteri empat sudah menunjukan bahwa partai tersebut menang
banyak. Nah, kalau sekarang posisi menteri PKS diperebutkan partai-partai
koalisi sudah sangat wajar. “Semua anggota koalisi berhak mendapatkan jatah
kursi yang ditinggalkan menteri PKS. Akan tetapi semuanya baru akan terwujud
setelah presiden mengeluarkan keputusan,” kilahnya.(Faldi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar